KabarIndonesia – Sekarang, saya berdiri di sini
bukan sebagai pemimpin dari salah satu negara, tetapi sebagai bagian dari umat
manusia. Kini, kita menghadapi bencana yang disebut, oleh kitab suci, sebagai
Armageddon, atau sebuah hari ketika kehidupan dunia akan berakhir. Namun
demikian, kini umat manusia telah memiliki teknologi untuk mencegah kepunahan
spesies mereka sendiri dan semua makhluk hidup di bumi. Rasa haus manusia
terhadap ilmu pengetahuan, kekuasaan dan kemenangan akan menjadi sebuah semangat
untuk terus melanjutkan hidup…
[Pidato
Presiden Amerika Serikat, dalam film
“Armageddon”]
***
Penggalan
pidato tersebut merupakan pidato yang disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat
sebagai sebuah pengantar bagi semua umat manusia di seluruh dunia untuk bersiap
menghadapi bencana terbesar yaitu jatuhnya komet raksasa ke bumi. Pidato
tersebut juga mengiringi kepergian delapan belas orang astronot, yang sebagian
besar adalah astronot dadakan, yang bertugas menghancurkan komet pembunuh
sebelum menabrak bumi dan memusnahkan umat manusia.
Beruntunglah
kita, kisah yang diceritakan dalam film “Armageddon”, hanyah fiksi semata,
sebab apabila kisah teresebut menjadi kenyataan maka umat manusia benar-benar
menghadapi masalah serius.
Singkatnya,
kita nyaris tidak dapat melakukan apa-apa untuk mencegah terjadinya bencana
akibat tumbukan komet pembunuh. Dalam film memang diceritakan bahwa manusia
telah berhasil menggunakan teknologi nuklir untuk memusnahkan komet tersebut,
namun kenyataan yang ada justru berbeda 180 derajat. Kita tidak mengembangkan
teknologi penghancur komet; tidak ada para astronot berani mati yang terlatih
untuk menghancurkan komet; tidak ada satu teknologi pun, yang dimiliki manusia,
yang terbukti mampu menghancurkan komet pembunuh. Dengan kata lain, apabila
komet pembunuh itu tiba, nasib umat manusia benar-benar di ujung tanduk.
Sampai saat
ketika saya menulis artikel ini, ada beberapa skenario kiamat yang berhasil
disusun oleh para ilmuwan di berbagai bidang berdasarkan data-data empiris dan
ilmiah sesuai dengan bidang mereka masing-masing. Meskipun kebanyakan data
empiris dan ilmiah yang dihimpun oleh para ilmuwan tidak memberikan tanggal
pasti kapan kiamat—atau setidaknya bencana global tersebut tiba.
Banyak ilmuwan
yang memberikan kesimpulan bahwa bencana global kemungkinan besar akan terjadi
pada akhir tahun 2012, seperti yang dijelaskan oleh Lawrence E. Joseph, penulis
keturunan Yahudi berkebangsaan Amerika Serikat, dalam buku “Kiamat 2012”
(Apocalypse 2012).
Dari beberapa
skenario kiamat yang ditawarkan oleh para ilmuwan termasuk Lawrence E. Joseph,
maka dapat diambil dua kategori besar skenario kiamat, yaitu kiamat yang
berasal dari bumi dan kiamat yang berasal dari angkasa, terlepas dari
benar-tidaknya kesimpulan bahwa 2012 merupakan hari kiamat—atau setidaknya
tanda awal kiamat sebelum tanda-tanda besar lainnya muncul.
Skenario
pertama tentang kiamat rupa-rupanya disebabkan oleh aktivitas bumi yang
berlebihan dan, atau menunjukkan sebuah anomali yang tidak lagi terjadi sejak
10.000 tahun lalu.
Anda pernah
mendengar tentang taman nasional Yellowstone, Amerika Serikat? Taman nasional
Yellowstone terkenal memiliki geyser bernama Old Faithful, yang mampu
menyemburkan lebih dari 3.000 liter air dalam waktu kurang dari sepuluh detik.
Geyser tersebut rupanya tidak hanya menjadi pusat perhatian para wisatawan yang
berkunjung ke taman nasional tersebut, tapi juga para ahli vulkanologi dan
geologi yang menyatakan bahwa taman nasional Yellowstone merupakan sebuah
gunung berapi raksasa yang berpotensi meletus.
Yakinlah, Anda
tidak salah membaca dan saya juga tidak salah mengetik. Anda mungkin bertanya,
jika memang taman nasional itu sebuah gunung berapi lalu di mana letak
kerucutnya, puncaknya dan kawahnya? Ketika banyak orang menyaksikan keindahan geyser
di taman nasional tersebut, mereka sebenarnya tidak sadar bahwa mereka sedang
berada di tengah kawah gunung berapi raksasa. Begitu besar diameter kawah
Yellowstone, sampai-sampai kita harus terbang untuk melihat kawah taman
nasional tersebut secara keseluruhan.
Sekarang,
banyak ilmuwan yang menyatakan bahwa taman nasional tersebut merupakan sebuah
gunung berapi raksasa yang siap meletus. Kenyataan bahwa Yellowstone kembali
menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanis merupakan sebuah anomali yang patut
disambut dengan sikap waspada.
J. Tuzo
Wilson, seorang ahli geofisika Kanada, yang terkenal dengan teorinya tentang
lempeng tektonik, pernah menjelaskan bahwa sebenarnya Yellowstone terletak
dalam sebuah ujung barisan gunung api yang tertidur. (Ilmu Pengetahuan Populer,
1999, 2: 228).
Pernyataan
Wilson dan kebanyakan ahli geologi lainnya memberikan kita sebuah pemahaman
bahwa para ahli geologi telah menyadari bahwa Yellowstone merupakan sebuah
gunung berapi yang pernah meletus dan kini menunggu untuk meletus lagi. Bahkan
geyser yang menjadi ciri khas taman nasional itu membuktikan bahwa ada sebuah
dapur magma aktif.
Kini mungkin
saja Yellostone akan menunggu sebuah saat yang tepat sebelum bangun dari
tidurnya yang panjang. Jika Yellowstone meletus maka dapat dipastikan bahwa
seluruh dunia akan merasakan dampaknya, Amerika Serikat akan luluh-lantak,
kemudian disusul kawasan Pasifik dan Atlantik. Kawasan Eurasia, Afrika dan
Australia akan tertutup abu, udara menjadi beracun, dan matahari tidak akan
pernah terbit selama sekitar sepuluh tahun—bumi akan kembali pada jaman es.
Anomali
selanjutnya ditunjukkan oleh semakin melemahnya kekuatan magnetosfer bumi.
Secara sederhana magnetosfer bumi merupakan sebuah lapisan medan magnet bumi
yang bertugas melindungi bumi dan semua penghuninya dari radiasi matahari.
Magnetosfer bumi juga memengaruhi pola dan ara pergerakan migrasi spesies hewan
tertentu seperti burung camar hingga ikan paus. Tanpa magnetosfer maka bumi
akan menjadi sebuah planet tandus yang terus menerus dihujani radiasi matahari.
Tanpa magnetosfer, Anda tidak akan dapat keluar rumah tanpa menggunakan pakaian
anti radiasi, layaknya pekerja rekator nuklir, atau kulit Anda akan terbakar
radiasi dalam waktu kurang dari lima detik.
Franklin M.
Branley menjelaskan bahwa sabuk Van Allen, diambil dari nama seoarang anstronom
Amerika Serikat, James Van Allen, bertugas melindungi bumi dari radiasi
matahari. Sabuk tersebut membentang mulai ketinggian 640 km hingga ketinggian
40.000 km. (Ilmu Pengetahuan Populer, 1999, 1: 104).
Anomali dalam
magnetosfer rupanya ditunjukkan dengan semakin melemahnya kekuatan magnetosfer
bumi jika dibandingkan 200 tahun lalu. Kini magnetosfer bumi bahkan mengalami
sebuah keretakan sepanjang 160.000 kilometer di atas Atlantik, para ilmuwan ahli
geologi menyebutnya sebagai anomali Atlantik Selatan. (Joseph, 2008: 65).
Keretakan
magnetosfer bumi, menjadi tanda awal dari lenyapnya kekuatan magnetosfer,
rupanya membawa dampak serius bagi semua penghuninya, temasuk manusia. Karena
lapisan medan magnet bumi tidak hanya berfungsi sebagai perisai anti radiasi,
namun juga sebagai sebuah mekanisme yang menjaga kestabilan bumi dan
keseimbangan biosfer.
Tanpa medan
magnet bumi, maka ekosistem bumi menjadi terganggu. Hewan-hewan yang
menggunakan medan magnet sebagai penunjuk arah akan kehilangan kemampuan
navigasi. Spesies yang kehilangan kemampuan navigasi jelas akan berpotensi
menuju kepunahan. Hilangnya salah satu bagian penting dalam biosfer tentu akan
disusul hilangnya bagian lain dalam biosfer, sehingga keseimbangan biosfer yang
rapuh akan hancur berantakan.
Semua itu
hanya disebabkan oleh hilangnya magnetosfer, yang keberadaannya sering tidak
kita sadari. Lenyapnya magnetosfer juga membuat permukaan bumi akan segera
terbakar radiasi matahari yang sangat hebat, dan dengan segera membuat
permukaan bumi akan hangus terbakar.
Lalu apa yang
membuat kekuatan magnetosfer semakin melemah? Inilah pertanyaan mendasar yang
mungkin muncul di pikiran Anda. Para ilmuwan yakin inti bumi berupa logam cair
dengan panas mencapai sekitar 3.900 derajat celcius. Rotasi inti cair bumi itu
membuat sebuah efek medan magnet bumi yang mampu membuat jarum kompas
menunjukkan arah utara-selatan. (Sagan dan Leonard, 1982: 36) Sayangnya,
semakin lama rotasi inti bumi tersebut semakin lambat, dan tidak mustahil akan
berhenti, yang mengakibatkan semakin lemahnya kekuatan magnetosfer. Singkat
kata, lenyapnya kekuatan magnetosfer membuat bumi berada dalam kekacauan dan
kiamat.
Skenario kedua
tentang kiamat datang dari kegelapan angkasa raya. Matahari yang kita kenal
sebagai sumber energi primer bumi, rupanya tidak selamanya memberikan
kebaikannya kepada semua anggota tata surya. Berulang-kali kekuatan matahari
yang sedemikian besar hampir menewaskan semua kahidupan bumi dengan serangan radiasi
matahari, hingga pengaruhnya terhadap aktivitas badai yang berlebihan pada lima
tahun terakhir.
Radiasi
matahari merupakan sebuah bentuk ledakan yang diakibatkan oleh perubahan medan
magnet matahari. Saya sendiri tidak begitu mengerti tentang bagaimana
terjadinya dan mengapa radiasi matahari terbentuk dan bagaimana reaksi dari
bintik matahari dengan pancaran radiasi yang sangat berbahaya. Namun, yang
jelas, radiasi matahari mempu mencapai dan terlepas menuju tata surya, termasuk
bumi.
Beruntung,
bumi memiliki magnetosfer yang menahan kekuatan radiasi tersebut, namun
terkadang kekuatan radiasi yang begitu besar mampu membuat aktivitas listrik di
seluruh dunia menjadi terganggu.
Seringkali
aktivitas matahari yang berlebihan mampu membuat listrik di kota-kota besar di
dunia menjadi padam hingga terjadinya gangguan pada gelombang radio. Pada dunia
modern di mana listrik menjadi sebuah kekuatan yang tidak terpisahkan, padamnya
arus listrik akan membuah semua kegiatan dan teknologi modern lumpuh seketika.
Kini banyak
ilmuwan mulai menemukan bertumpuk-tumpuk bukti baru bahwa aktivitas matahari
yang berlebihan menjadi salah satu penyebab meningkatnya aktivitas badai. Jika
memang ada hubungan antara aktivitas matahari dengan tingginya aktivitas badai,
maka banyak ilmuwan yang memperkirakan bahwa tahun 2012 aktivitas badai di
seluruh dunia akan mengingkat pesat, akibat tingginya aktivitas matahari saat
itu.
Anomali yang
berasal dari angkasa tidak hanya terbatas pada pengaruh dan aktivitas matahari
semata, tapi juga pada aktivitas dan perilaku seluruh tata surya terhadap
gerakan galaksi.
Lawrence E.
Joseph menjelaskan bahwa kini tatasurya sedang berada dalam sebuah awan energi
galaksi bima sakti, yang terdiri dari wilayah bermedan magnet tinggi yang
menyebabkan seluruh tata surya menghasilkan gelombang kejut yang akan
mempengaruhi semua anggota tata surya. (Joseph, 2008: 152-153)
Sebelum
membahas efek guncangan terhadap tata surya, ada baiknya kita mengamati
aktivitas dan potensi bencana yang berasal dari anggota tata surya yang lain.
Para ilmuwan khawatir ada sebuah bencana tersembunyi yang berasal dari tepi
tata surya, potensi bencana tersebut berasal dari pusat penyimpanan komet di
Awan Oort, asteroid di Sabuk Kuiper, dan sabuk asteroid pada jalur Mars dan
Jupiter. Jika kita mengambil Pluto sebagai awal pembagian, maka akan
mendapatkan bentuk pembagian seperti ini, Pluto, Sabuk Kuiper, dan Awan Oort.
Singkatnya
awan tersebut berada pada bagian paling tepi di tata surya
Awan Oort, diberi nama sesuai penemunya yaitu Jan Hendrik Oort, merupakan
sebuah awan besar yang mengandung sekitar seratus milyar inti komet yang
terentang hingga jarak lima belas trilyun kilometer, dari sinilah semua komet
yang kita kenal dilahirkan. Awan tersebut mengandung inti komet dengan diameter
yang beragam mulai dari satu kilometer hingga lebih dari delapan puluh
kilometer. (Sagan dan Leonard, 1984: 174)
Pada tahun
1950-an, Astronom Amerika Serikat bernama F. L. Whipple, menjajukan pendaptnya
banwa sebenarnya komet hanya terdiri dari es dan gas-gas beku lain layaknya
bola salju yang kotor. (Encyclopedia Americana, 1991, 2: 365-369). Tapi, kini,
banyak ahli astronomi sepakat bahwa “markas” komet di Awan Oort merupakan induk
dari komet pembunuh. Sedikit saja gerakan salah dari gaya gravitasi bintang,
atau efek lainnya, akan melepaskan komet dari induknya. Salah satu bukti kuat
dari tabrakan komet pembunuh terekam dengan jelas di permukaan Jupiter.
Tahun 1994,
sebuah komet pembunuh bernama Shoemaker-Levy 9 menabrak Jupiter hingga membuat
sebuah luka sebesar bumi di planet tersebut.
Baru-baru ini
saya sempat berkunjung ke PP Iptek, di Taman Mini, Jakarta. Ketika berkeliling
saya sempat melihat sebuah poster yang dipasang memanjang dari atas ke bawah
berjudul, “Teleskop Hubble Menangkap Bencana”.
Terus terang
saya kaget tetkala melihat ada foto yang menampakkan akibat benturan komet
Shoemaker-Levy 9 di Jupiter. Pada gambar tersebut terlibat dua noda merah kecil
yang melukai planet terbesar itu, kita melihat noda merah itu tampak kecil
karena dibandingkan dengan ukuran planet tersebut, tetapi apabila dibandingkan
dengan bumi, maka noda bekas benturan itu akan nampak sama besar. Secara
gampang, apabila ada komet pembunuh sebesar Shoemaker-Levy 9 benar-benar
menabrak bumi, maka dapat dipastikan bumi akan binasa, dan semua bentuk
kehidupan yang kita kenal akan musnah.
Ancaman
terhadap bumi tidak hanya berasal dari Awan Oort, tapi juga dapat berasal dari
Sabuk Kuiper, hingga jalur asteroid Mars-Jupiter. Sabuk Kuiper dikenal sebagai
lintasan asteroid-asteroid besar yang mungkin memiliki potensi sama
mematikannya dengan komet dari awan Oort.
Apabila Pluto,
Sedna hingga TRM 11-RM 2 dikeluarkan dari definisi planet menjadi asteroid,
maka Pluto Sedna hingga TRM 11-RM 2 merupakan asteroid yang sangat besar. Kita
tahu Pluto memiliki ukuran sebesar bulan, sehingga Anda pasti bisa membayangkan
akibatnya, jika Pluto menghajar bumi. Lintasan asteroid Mars-Jupiter tampaknya
juga menyimpan potensi bencana serupa, seperti halnya sepupunya yang berada di
tepi tata surya.
Tahun 1925,
Jan Hendrik Oort menerbitkan sebuah teori tentang rotasi galaksi berdasarkan
bukti-bukti dari observasi yang telah dilakukannya. Oort memperhitungkan jarak
matahari dari pusat galaksi sebagai tolak ukur untuk mengekur rotasi galaksi
dan kecepatan orbitnya. (Encyclopedia Americana, 1991, 17: 757). Dengan kata
lain, matahari dan seluruh tata surya juga melakukan sebuah revolusi dengan
mengorbit pada pusat galaksi bima sakti.
Para ilmuwan
dari abad sembilan belas mungkin beranggapan bahwa tatasurya merupakan sebuatu
bentuk statis yang diam pada tempanya. Mereka tidak mengerti bahwa matahari
sebenarnya melakukan revolusi sebagaimana yang dilakukan planet terhadap
matahari. Dengan begitu, revolusi galaksi bima sakti, bisa jadi berakibat pada
revolusi matahari dan seluruh tata surya. Celakanya, revolusi tata surya kini
sedang melewati awan energi di galaksi bima sakti yang menyebabkan terjadinya
guncangan terhadap tata surya, layaknya pesawat yang terbang melintasi cuaca
buruk. Guncangan energi, akibat awan energi sungguh berakibat buruk bagi tata
surya, dapat memicu hujan komet pembunuh yang berasal dari Awan Oort dan Sabuk
Kuiper. Jika itu terjadi maka dapat dipastikan bumi dan planet-planet yang lain
akan merasakan bencana akibat hujan komet, dengan dampak yang berbeda-beda.
Dari beragam
anomali yang telah saya paparkan, kita dapat merangkai perkiraan bagaimana
kejadian dari kiamat 2012—jika hal itu benar-benar terjadi.
Partama,
aktivitas matahari yang meningkat pesat pada tahun tersebut, memicu munculnya
aktivitas badai yang berlebihan di seluruh dunia, lebih-lebih radiasi matahari
kelak akan semakin mudah menembus magnetosfer bumi, akibat semakin lemahnya
kekuatan megnetosfer. Sementara itu, perjalanan tata surya melalui awan energi
akan menyebabkan guncangan pada seluruh tata surya. Akibatnya tata surya akan
semakin panas, guncangan tersebut juga akan memicu hujan komet pembunuh dari
wilayah Awan Oort dan Sabuk Kuiper.
Apabila salah
komet pembunuh menabrak bumi, maka dapat dipastikan akan terjadi bencana besar
yang akan menghancurkan seluruh kehidupan di bumi, para ilmuwan menyebut komet
pembunuh sebagai global killer.
Andaikata bumi
masih bisa bertahan, baberapa makhluk hidup yang selamat dari benturan komet
akan menghadapi bahaya lainnya yaitu letusan beberapa gunung berapi super di
Yellowstone, Amerika Serikat, hingga Toba, Indonesia. Sebab benturan komet yang
dasyat akan memicu matangnya aktivitas vulkanisme di seluruh dunia, termasuk
gunung berapi super. Efek ledakan gunung berapi super akan mempenganruhi
seluruh dunia, abu hasil erupsi menutupi seluruh bumi selama sekitar sepuluh
tahun, atmosfer menjadi sangat beracun, dan matahari tidak akan terbit selama
masa tersebut. Bumi akan musnah dan kehidupan bumi akan sekarat, saat bencana
tersebut berakhir maka bumi menghadapi musim dingin nuklir. Saat itu, semua
penduduk bumi akan merasakan kepunahan masal seperti yang terjadi 65 juta tahun
lalu.
Semua yang
saya katakan di atas hanyalah sebuah perkiraan dan prediksi para ilmuwan
berdasarkan data ilmiah yang mereka peroleh. Memang benar, tidak ada satupun
jaminan yang mampu menjamin kiamat akan datang pada tahun 2012, sebagaimana
tidak ada satu jaminan bahwa kiamat tidak akan tiba pada tahun itu.
Kiamat
merupakan rahasia Tuhan yang paling gelap, sehingga tidak seorangpun yang mampu
meramalkan kedatangannya. Namun demikian sungguh beruntunglah bagi siapapun
yang telah mempersiapkan kedatangan hari kiamat tersebut, dengan bekal iman dan
taqwa. Allahualam.
0 comments:
Post a Comment