Nama lengkapnya, Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khawarizmi, lahir di Khawarizm (Kheva, sekarang Usbekistan) sekitar 780 M. Menjelang dewasa ia pindah ke Bagdad-Irak untuk menuntut ilmu pengetahuan. Pada masa itu kota Bagdad – Irak berada dalam masa cemerlang sebagai pusat ilmu penetahuan.
DI mata sejarah, Baghdad adalah kota
yang luar biasa berharga bagi umat manusia. Sebab, tak hanya molek dan
menyimpan kekayaan peradaban masa silam, Baghdad juga menjadi saksi tingginya
kebudayaan dan semangat keilmuan yang membawa umat manusia ke era kemajuan
sains dan filsafat. Puncaknya, boleh dikata, terjadi pada saat khalifah kelima
dinasti ini, Khalifah Harun ar-Rasyid berkuasa, .seorang khalifah Abbasiyah
yang terkenal.
Tak berapa lama setelah naik tahta,
Harun ar-Rasyid mendirikan Bait al-Hikmah. Bait al-Hikmah ini merupakan lembaga
yang berfungsi sebagai pusat pendidikan tinggi. Dalam kurun dua abad, Bait
al-Hikmah ternyata berhasil melahirkan banyak pemikir dan intelektual Islam. Di
antaranya, nama-nama ilmuwan seperti Al-Khwarizmi dan Al-Battani.
Dengan meninggalkan karya-karya besarnya
sebagai ilmuwan terkemuka dan terbesar pada zamannya, Al-Khwarizmi meninggal
pada tahun 262 H/846 M di Bagdad.
Al Khawarizmi adalah penulis kitab
aljabar (matematika) pertama di muka bumi.
Al Khawarizmi adalah seorang ilmuan
jenius pada masa keemasan Baghdad yang sangat besar sumbangsihnya terhadap ilmu
aljabar dan aritmetika. Karyanya, Kitab Aljabr Wal Muqabalah (Pengutuhan
Kembali dan Pembandingan) merupakan pertama kalinya dalam sejarah dimana
istilah aljabar muncul dalam kontesk disiplin ilmu. Nama aljabar diambil dari
bukunya yang terkenal tersebut. Karangan itu sangat populer di negara-negara
barat dan diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin dan Italia. Bahasan yang
banyak dinukil oleh ilmuwan barat dari karangan Al-Khawarizmi adalah tentang
persamaan kuadrat.
Sumbangan Al-Khwarizmi dalam ilmu ukur
sudut juga luar biasa. Tabel ilmu ukur sudutnya yang berhubungan dengan fungsi
sinus dan garis singgung tangen telah membantu para ahli Eropa memahami lebih
jauh tentang ilmu ini. Ia mengembangkan tabel rincian trigonometri yang memuat
fungsi sinus, kosinus dan kotangen serta konsep diferensiasi.
Selain mengarang Al-Maqala fi Hisab-al
Jabr wa-al-Muqabilah, ia juga diketahui telah menulis beberapa buku dan banyak
diterjemahkan kedalam bahasa latin pada awal abad ke-12, oleh dua orang
penerjemah terkemuka yaitu Adelard Bath dan Gerard Cremona. Risalah-risalah
aritmetikanya, satu diantaranya berjudul Kitab al-Jam’a wal-Tafreeq bil Hisab
al-Hindi (Menambah dan Mengurangi dalam Matematika Hindu), hanya dikenal dari
translasi berbahasa latin. Buku-buku itu terus dipakai hingga abad ke-16
sebagai buku pegangan dasar oleh universitas-universitas di Eropa.
Kedua karya tersebut banyak menguraikan
tentang persamaan linier dan kuadrat; penghitungan integrasi dan persamaan
dengan 800 contoh yang berbeda; tanda-tanda negatif yang sebelumnya belum
dikenal oleh bangsa Arab. Dalam Al-Jama’ wa at-Tafriq, Al-Khwarizmi menjelaskan
tentang seluk-beluk kegunaan angka-angka, termasuk angka nol dalam kehidupan
sehari-hari. Karya tersebut juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
Al Khawarizmi bapak algoritma.
Dalam bidang aritmetika, Al-Khawarizmi
menulis kitab Al-Jam wal Tafriq bi Hisab al-Hid (Book of Addition Substraction
by the Methode Calculation). Edisi asli berbahasa Arab telah hilang, tapi versi
lainnya ditemukan pada tahun 1857 di perpustakaan Universitas Cambridge. Karya
Al-Khawarizmi itu dikenal sebagai buku pelajaran pertama yang ditulis dengan
menggunakan sistem bilangan desimal. Meskipun masih bersifat dasar, ini
merupakan titik awal penyeimbangan ilmu matematika dan sains. Terminologi
algoritma, mungkin bukan sesuatu yang asing bagi kita Di Eropa, karyanya
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai Alchwarizmi, Alkarismi, Algorithmi,
Algorismi. Di literatur barat beliau lebih terkenal dengan sebutan Algorizm.
Panggilan inilah yang kemudian dipakai untuk menyebut konsep algoritma yang
ditemukannya. Para pelajar Eropa mengaitkan Al-Khawarizmi ini dan New
Arithmetic yang pada akhirnya menjadi basis notasi angka, dimana notasi
penulisan angka Arab dikenal dengan Algorism atau Algoritma. Dalam sejarah ilmu
pengetahuan, kelak Al-Khwarizmi dikenal sebagai pengembang aritmetika dan
geometri. Perhitungan logaritma yang dewasa ini digunakan secara luas di bidang
komputer (sains & engineering), diketahui berasal dari hasil pemikirannya.
Al Khawarizmi adalah orang pertama
memperkenalkan angka 0 (nol) dalam dunia ilmu pengetahuan (bilangan/hitungan).
Meski ia bukan penemu angka 0 (nol),
namun Al-Khawarizmi orang pertama di dunia yang memperkenalkan angka nol
sebagai suatu bilangan dalam ranah ilmu pengetahuan.
‘Kosong’, atau "0", bukan
sebarang angka, penemuannya merevolusikan pemikiran matematik dan sains moden.
Angka nol ini sudah digunakan di dunia Arab-Islam pada kurun kesembilan. Angka
0 baru diperkenalkan di Eropah pada awal abad ke-13, dibawa oleh pemikir Itali,
Fibonacci, dalam tahun 1202 melalui karya popularnya Liber Abaci. Sifar adalah
kata arab untuk angka 0. Perkataan sifar ini juga membentuk perkataan cipher
dalam bahasa Inggeris yang membawa masud “tiada apa-apa”, “simbol”, “kod” atau
“mesej rahsia”.
Sebelum dipopularkan al-Khwarizmi, Ifrah
menyebut, beberapa nombor kosong di tulisan-tulisan pada batu ditemui antaranya
prasasti tembaga Sankheda di India pada 594, Trapaeng Prei di Kemboja (683),
Kedukan Bukit, Sumatera (683), Kota Kapor, Sumatera (686), Dinaya, Jawa (793),
Po Nagar, Vietnam (813) dan Bakul, Vietnam (829).
Di wilayah Indonesia angka 0 ditemukan
pada tiga perkataan pembilangan duaratus (200), sariwu tluratus sapulu dua
(1312) dan dualaksa (20,000) pada prasasti Kedukan Bukit pada tahun 683,
perkataan sapuluh dua (12) dan dua laksa (20,000) di prasasti Telaga Batu
(Sumatera) pada 683.
Al Khawarizmi seorang ahli astronomi
& geografi.
Al-Khwarizmi juga dikenal sebagai ahli
astronomi yang mendasarkan diri pada pemikiran Ptolemaeus, astronom
Iskandariyah yang hidup di abad ke-2 (100-178 M).
Sumbangan pemikiran penting Al-Khwarizmi
di bidang astronomi adalah pedoman penentuan garis lintang dan garis bujur
untuk membuat peta, yang lebih akurat dibandingkan dengan temuan Ptolemaeus.
Pada tahun wafatnya Al-Khwarizmi (850 M), lahirlah Al-Battani –bernama lengkap
Abu Abdallah Mohammad ibn Jabir ibn Sinan al-Raqqi al-Harrani al-Sabi
al-Battani.
Di bawah Khalifah Ma’mun, sebuah tim
astronom yang dipimpinnya berhasil menentukan ukuran dan bentuk bundaran bumi.
Penelitian ini dilakukan di Sanjar dan Palmyra. Hasilnya hanya selisih 2,877
kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar
biasa yang dapat dilakukan pada saat itu. Al-Khwarizmi juga menyusun buku
tentang penghitungan waktu berdasarkan bayang-bayang matahari.
Buah pikir Khwarizmi di bidang geografi
juga sangat mengagumkan. Dia tidak hanya merevisi pandangan Ptolemeus dalam
geografi tapi malah memperbaiki beberapa bagiannya. Tujuh puluh orang geografer
pernah bekerja dibawah kepemimpina Al khwarizmi ketika membuat peta dunia
pertama di tahun 830. Ia dikisahkan pernah pula menjalin kerjasama dengan
Khalifah Mamun Al-Rashid ketika menjalankan proyek untuk mengetahui volume dan
lingkar bumi.
Buku geografinya berjudul Kitab
Surat-al-Ard (bentuk rupa bumi) yang memuat peta-peta dunia dan menjadi dasar
geografi Arab. Karya tersebut masih tersimpan di Strassberg, Jerman. Bukunya
ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris.
Eropa Berhutang Kepada Islam.
Sebelum mengenal peradaban Islam,
keadaan negeri-negeri Barat sungguh memprihatin-kan. Dalam bu-ku Sejarah Umum
karya Lavis dan Rambon dije-laskan bahwa Inggris Anglo-Saxon pada abad ke-7 M
hingga sesu-dah abad ke-10 M merupakan negeri yang tandus, terisolir, kumuh,
dan liar. Tempat kediaman dan keamanan manusia tidak lebih baik daripada hewan.
Eropa masih penuh dengan hutan-hutan belantara. Mereka tidak mengenal
kebersihan. Kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di depan rumah sehingga
menyebarkan bau-bau busuk. Dan kota terbesar di Eropa penduduk-nya tidak lebih
dari 25.000 orang.
Kondisi di atas jauh banget bedanya ama
keadaan kota-kota besar Islam pada waktu yang sama. Seperti di kota Cordoba,
ibukota Andalus di Spanyol. Cordoba dikelilingi taman-taman hijau. Penduduknya
lebih dari satu juta jiwa. Terdapat 900 tempat pemandian, 283.000 rumah
penduduk, 80.000 gedung-gedung, 600 masjid, 50 rumah sakit, dan 80 sekolah.
Semua penduduknya terpelajar. Karena orang-orang miskin pun menuntut ilmu secara
cuma-cuma.
Selain ketinggian peradaban Islam, para
ilmuwan Muslim juga punya peran besar dalam memajukan ilmu pengetahuan dunia.
Semua tinggal sejarah?.
Islam punya sejarah hebat . Akankah
islam akan berjaya lagi?, apakah hadis nabi di bawah ini akan terbukti terulang
kembali?

0 comments:
Post a Comment